Masjid Jami Masjid As-Sajad didirikan kemungkinan diakhir abad ke 19. Dengan mengacu bahwa KH Abdullah Sajad merupakan salah satu murid dari KH. Saleh Darat, seorang ulama yang sangat terkenal pada abad ke 19 dari daerah Darat Lasimin Semarang. Disamping mendirikan pondok KH. Abdullah Sajad juga mendirikan pondok pesantren yang terletak di depan masjid tersebut. Sepeninggalan KH. Abdullah Sajad pesantren tersebut dilanjutkan oleh putranya yang bernama KH. Muhammad Dimyati. Dalam masa perkembangannya bangunan yang dulu digunakan sebagai pesantren telah tiada,tetapi sekarang telah berdiri pondok pesantren Addaenuriyah I yang dikelola oleh KH. Afif Abdullah yang merupakan cucu dari KH. Abdullah Sajad, bahkan seiring berjalannya waktu di tahun enam puluhan pondok pesantren tersebut berkembang lebih lanjut dengan membuka madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah yang menggunakan system pendidikan formal
Postingan
Menampilkan postingan dari 2017
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Watu Mile Watu Mile disebut juga dengan Mbah Mile (yang arti Indonesianya ‘Melet’) Karena terdapat sebuah kepala yang sedang melet di atas sebuah batu. Watu Mile merupakan batu dari jaman purbakala, masih belum diketahui secara pasti dari era zaman apa, namun batu itu sudah ada disana sejak era Sunan Kalijaga berada di Sendangguwo. Menurut cerita, daerah di area Watu Mile pernah disinggahi oleh Sunan Kalijaga. Bentuk Watu Mile sendiri berbentuk setengah dari tinggi piramid atau bisa dikatakan trapesium sama kaki. Dengan ukuran tinggi batu 97 cm panjang atas 90 cm dan panjang bawah 100cm. Bagian bawah Watu Mile sendiri berbentuk seperti dandang, yaitu bagian bawah berbentuk lengkungan setengah lingkaran yang terpendam di dalam tanah, dengan ukuran jari-jarinya ±50cm. Tepat di tengah-tengah batu terdapat sebuah lubang berbentuk persegi yang berfungsi sebagai penampung air dengan ukuran 30cm x 30cm dengan kedalaman untuk menampung air 20cm, dan kemudian dialirkan melalui...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Nyi Reborn Bahwasanya asal kata Rebon didapat karena orang tersebut berasal dari Cirebon. Nama asli dari Nyi Rebon sendiri adalah Khoirun Nisa’ (orang perempuan yang sholehah). Dikisahkan bahwa Nyi Rebon mendapat undangan dari 9 (Sembilan) orang atau lebih dikenal dengan wali sembilan, dimana Nyi Rebon adalah perempuan sendiri pada saat itu. Kemudian Nyi Rebon datang atas undangan tersebut, sesampainya di tempat undangan, Nyi Rebon melihat banyak harimau dari jarak 50 meter, karena melihat hal tersebut beliau duduk dan membaca istighfar 3 kali, hingga mereka berubah menjadi wujud manusia. Setelah mereka berubah menjadi manusia Nyi Rebon mendekat dan menuju lokasi rapat. Hasil rapat dari Nyi Rebon dengan Wali Sembilan adalah ingin mendirikan masjid diarea yang saat ini lokasinya adalah Makam Padukuhan. Pembangunan menggunakan batu besar dan kayu jati dari pohon yang ada di sekitarnya. Sebelum masjid berdiri, ternyata ada salah satu warga yang mau mengambil air di area terse...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sentono Agung Berdasarkan cerita, Sentono Agung diperkirakan sudah ada semenjak zaman Kerajaan Majapahit, hal itu ditandai diketemukannya pohon Maja/Mojo di area makam. Selain pohon Maja juga terdapat pohon Kesambi dan pohon Jati Langgar. Namun hal ini belum bisa dipastikan kebenarannya. Dikisahkan bahwa tokoh pada makam-makam tersebut dulunya adalah prajurit dari Kerajaan Majapahit yang diislamkan. Berawal, ketika masa-masa berakhirnya kekuasaan Kerajaan Majapahit yang mulai terdesak karena mulai masuknya Agama Islam di tanah air pada waktu itu. Kemudian mereka melarikan diri ke bebrapa tempat yang salah satunya adalah Sendangguwo. Mereka pun hidup dan tinggal disana, hingga pada akhirnya prajurit tersebut berguru pada Sunan Kalijaga dan menjadi murid Sunan Kalijaga. Dan adanya Pohon Maja sendiri, ditanam karena sebagai simbolis atau tanda bahwa dulunya tokoh yang berperan penting saat itu mereka adalah orang-orang yang berasal dari Majapa...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Makam di Padukuhan Menurut cerita yang sudah tersebar luas di masyarakat, dulunya Makam Padukuhan akan dibangun sebuah Masjid oleh Sunan Kalijaga, dimana hal tersebut terbukti dengan adanya pohon jati di Makam yang saat ini masih hidup. Dulu ceritanya, ada 4 pohon jati yang ingin digunakan sebagai soko guru untuk masjid yang akan di bangun di tempat tersebut. Namun kondisi 2 pohon ambruk, 1 ditebang, dan sekarang tersisa hanya 1 pohon. Dimana pohon jati tersebut diapit oleh 2 pohon beringin, sehingga pohon jati berada di antara 2 pohon tersebut dan terlihat seperti bersatu. Pohon tidak muat apabila dilingkari oleh 15 orang karena terlalu besar. Dimakam Padukuhan di temukan batu bata yang tidak seperti batu bata biasa, dimana batu bata tersebut berukuran 33 cm x 16 cm dengan ketebalan 9 cm. Batu bata tersebut bisa dikatakan batu bata berukuran besar yang setelah di cari tahu, tidak memiliki kesamaan ukuran dan ciri-ciri dari peninggalan kerajaan yang sebelumnya sudah d...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sendang di Sendangguwo Tidak asing lagi di telinga masyarakat, bahwa nama Sendangguwo sendiri diambil dari dua kata yaitu Sendang dan Gua, yang berhubungan dengan dua lokasi. Lokasi Sendang sendiri berada di wilayah RT 11 RW I. Berdasarkan informasi dari Ustadz Khalid Adam bahwa lokasi Sendang pusatnya berada di belakang rumahnya. Dahulu asal-usul Sendang sendiri digunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Dengan kedatangan Mbah Abdullah Sajad untuk menyebarkan ajaran Islam, dan meluruskan Aqidah masyarakat di sana yang saat itu dikenal dengan abangan (Masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme). Karena Sendangguwo jika dilihat dari letak geografis termaksud ke dalam daerah terpencil, tersembunyi, dan sering digunakan orang-orang untuk pelarian orang-orang yang melakukan kejahatan lain, ia bersembunyi di Sendangguwo yang jauh dari keramaian, karena dulunya Sendangguwo berupa alas seperti hutan. Dengan kebudayaan yang seperti tempat jogeta...
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Punden Sendangguwo Konon menurut cerita, Gua Sendangguwo di Kepunden adalah tempat untuk menyimpan gamelan, awalnya adalah milik Ki Ageng Pandanaran yang diperuntukan untuk Sunan Kalijaga. Gamelan tersebut akhirnya dibawa dari Demak. Jadi Gamelannya itu dikhususkan untuk Sunan Kalijaga jika ingin pentas di Semarang. Jika kita membahas Punden Sendangguwo, tentu hal yang terlihat mata jika berada di lokasi adalah sebuah batu lumpang yang berada di bawah pohon. Batu lumpang tersebut sudah berada di sana sejak lama dengan di fungsikan dulunya adalah tempat menumbuk tanaman obat-obatan tradisional, yang digunakan khasiatnya sebagai penyembuhan penyakit bagi masyarakat yang meyakini. Namun semakin berjalannya waktu, lumpang tersebut justru berisi air, dimana air disana digunakan untuk berbagai keperluan yang diyakini dapat memberikan keberkahan sendiri bagi yang mempercayainya. Pintu masuk ke area Punden Sendangguwo ( Doc. KKN Unpand 2017 ) Titik Utama di Punden Sendang...